Sabtu, 08 Februari 2014

Motivasi Wirausaha (makalah)


BAB I

PENDAHULUAN

1.   Latar Belakang Masalah

Untuk menjadi seorang wirausaha yang SUKSES dan KAYA itu bukan bakat, dan juga tidak harus keturunan. Tapi, Sukses dan kaya itu mimpi atau visi. Mimpi yang menjadi kenyataan. Artinya, kalau kita tidak berusaha sama sekali untuk menjadi kaya, misalnya dengan jalan berwirausaha, maka mana mungkin kekayaan itu kita dapat.
Terlepas dari itu, tapi yang jelas, semua orang pasti punya mimpi. Setiap kita menjalankan bisnis apapun, sebenarnya yang kita cari bukanlah semata-mata uang atau ingin kaya. Tapi, karena adanya keinginan kita untuk mewujudkan mimpi tersebut. Sebagai konsekuensi logis atas jerih payah kita adalah kita bisa mendapatkan keuntungan atau uang, dan bisa juga aset kita yang semakin bertambah. Hal itu seiring dengan kegigihan kita di dalam menjalankan bisnis.
Jika kita sebagai seorang entreprener atau wirausahawan, yang namanya mimpi-mimpi bisnis tak akan ada habisnya. Seolah kita adalah sosok yang tak akan pernah kehabisan mimpi. Apalagi, kita termasuk entreprener yang kreatif dan inovatif. Bisnis yang satu maju pesat, bisnis yang lainnya ikut berkembang. Sementara, bisnis yang lainnya lagi ikut bermunculan. Sehingga, tak terasa atau bagaikan sebuah mimpi, ternyata bisnis kita semakin banyak. Aset yang kita miliki juga semakin bertambah.
Kalau bisnis kita semakin maju, tentu akan ada percepatan dalam penambahan aset. Bukan tak mungkin, kita akan semakin pintar memutar bisnis kita, bahkan mampu mendatangkan dana dari luar yang nantinya juga akan menjadi aset kita,itu semua berjalan seiring dengan mimpi atau visi kita sebagai entreprener.
Entrepreneur itu sosok yang seharusnya tidak takut dengan mimpi.Apalagi mimpi itu tidak perlu biaya. Tetapi, masalahnya adalah belum tentu semua orang punya keberanian bermimpi. Sehingga tidak berlebihan kalau untuk bermimpi pun membutuhkan sebuaah keberanian.Hal ini bisa terjadi karena kita terkadang masih terpaku pada mitos-mitos yang tengah mentradisi di kalangan masyarakat luas. Misalnya, ada mitos yang mengatakan bahwa kalau kita mau sukses, kita harus punya gelar sarjana. Padahal kenyataannya, cukup banyak orang yang sukses tanpa menyandang gelar sarjana.

2.   Rumusan Masalah     
Sesuai dengan pengelompokkan program pembangunan di bidang ekonomi menurut Program pembangunan nasional 2000 – 2004 ke dalam tujuh kelompok program antara lain kelompok program pertama, yaitu menanggulangi kemiskinan dan memenuhi kebutuhan pokok masyarakat dan kelompok program kedua, yaitu mengembangkan usaha skala mikro, kecil menengah dan koperasi, maka program-program yang harus dilaksana-kan dan penting untuk digarisbawahi adalah :
1.      Program penciptaan iklim usaha yang kondusif
2.      Program peningkatan akses kepada sumber daya produktif
3.      Program pengembangan kewirausahaan dan kredit usaha kecil menengah berkeunggulan kompetitif .
Perguruan tinggi sebagai pusat pendidikan haruslah mendukung program pemerintah tersebut melalui pendidikan serta penerapan program kepada masyarakat khususnya para mahasiswa. Perguruan tinggi banyak menghasilkan lulusan pekerja, bukan wirausahawan, yang dengan pengua-saan sains dan teknologinya berusaha secara mandiri dalam mensejahterakan diri dan masyarakatnya. Walaupun ada beberapa sarjana yang berhasil membangun industri atau perusahaan dan kreatifitasnya dapat menjadi suatu produk komoditas pasar, namun hal tersebut bukan sebagai akibat dari tumbuhnya sikap kewirausahaan sebagai hasil pendidikan formal.
Dalam makalah ini juga diberikan contoh-contoh kasus tentang kewirau-sahaan, agar dapat menjadi informasi bagi pembaca. Namun demikian, makalah ini juga masih sangat jauh dari sempurna, karena penulis menyadari bahwa ilmu kewirausahaan sebagai suatu seni masih akan selalu berkembang, baik dari segi metode maupun alatnya. Oleh karena itu, penulis akan tetap selalu berharap untuk mendapatkan masukan berupa kritik dan saran dari teman-teman pembaca. Semoga makalah ini dapat berguna .
         



BAB II

PEMBAHASAN

1.         Konsep dan karakteristik kewirausahaan

1.1.      Definisi wirausaha dan kewirausahaan
Wirausaha adalah orang yang mengambil resiko dengan jalan membeli barang sekarang dan menjual kemudian dengan harga yang tidak pasti (Cantillon).
Wirausaha adalah orang yang memindahkan sumber-sumber ekonomi dari daerah dengan produktivitas rendah ke daerah dengan produktivitas dan hasil lebih tinggi (J.B Say).
Wirausaha adalah orang yang menciptakan cara baru dalam mengorga-nisasikan proses produksi (Schumpeter).
Tugas Wirausaha adalah melakukan sesuatu dengan cara yang berbeda, bukan hanya sekadar dengan cara yang lebih baik.
1.2.      Karakteristik pribadi wirausaha
Sifat kepribadian wirausaha dipelajari guna mengetahui karakteristik perorangan yang membedakan seorang wirausaha dan bukan wirausaha.
David McCleland mengindikasikan ada korelasi positif antara tingkah laku orang yang memiliki motif prestasi tinggi dengan tingkah laku wirausaha.
Karakteristik orang-orang yang mempunyai motif prestasi tinggi adalah:
a)      Memilih resiko “moderate”. Dalam tindakannya dia memilih melaku-kan sesuatu yang ada tantangannya, namun dengan cukup kemung-kinan untuk berhasil.
b)      Mengambil tanggung jawab pribadi atas perbuatan-perbuatannya. Artinya kecil sekali kecenderungan untuk mencari “kambing hitam” atas kegagalan atau kesalahan yang dilakukannya.
c)      Mencari umpan balik (feed back) tentang perbuatan-perbuatannya.
d)      Berusaha melakukan sesuatu dengan cara-cara baru.

Upaya untuk mengungkapkan karakteristik utama wirausaha juga dila-kukan oleh para ahli dengan menggunakan teori letak kendali (locus of control) yang dikemukakan oleh J.B. Rotter. Teori letak kendali menggam-barkan bagaimana meletakkan sebab dari suatu kejadian dalam hidup-nya. Apakah sebab kejadian tersebut oleh faktor dalam dirinya dan dalam lingkup kendalinya atau faktor diluar kendalinya.

Dua kategori letak kendali menurut Rotter yaitu:
-    Internal
Orang yang beranggapan bahwa dirinya mempunyai kendali atas apa yang akan dicapainya. Karakteristik ini sejalan dengan karakteristik wirausaha seperti lebih cepat mau menerima pembaharuan (inovasi).
-    Eksternal
Orang yang beranggapan keberhasilan tidak semata tergantung pada usaha seseorang, melainkan juga oleh keberuntungan, nasib, atau keter-gantungan pada pihak lain, karena adanya kekuatan besar disekeliling seseorang.
Management Systems International menyebutkan karakteristik pribadi wirausaha (personal entrepreneurial characteristics) sebagai berikut:
·         Mencari peluang
·         Keuletan
·         Tanggungjawab terhadap pekerjaan
·         Tuntutan atas kualitas dan efisiensi
·         Pengambilan resiko
·         Menetapkan sasaran
·         Mencari informasi
·         Perencanaan yang sistematis dan pengawasannya
·         Persuasi dan jejaring/koneksi
·         Percaya diri

1.3.      Peran wirausaha bagi lingkungannya
Dalam pandangan Schumpeter, seorang wirausaha adalah inovator. Hanya seseorang yang sedang melakukan inovasi yang dapat disebut sebagai wirausaha. Mereka yang tidak lagi melakukan inovasi, walaupun pernah, tidak dapat lagi dianggap sebagai wirausaha. Wirausaha bukan-lah jabatan, melainkan suatu peran.
Berdasarkan pengertian tentang wirausaha yang telah dibahas sebelum-nya dapat disimpulkan bahwa peran wirausaha yang utama bagi lingkungannya adalah sebagai berikut:
·         Memperbaharui dengan “merusak secara kreatif”.
Dengan keberaniannya melihat dan mengubah apa yang sudah diang-gap mapan, rutin, dan memuaskan.
·         Inovator
Menghadirkan hal yang baru di masyarakat.
·         Mengambil dan memperhitungkan resiko
·         Mencari peluang dan memanfaatkannya
·         Menciptakan organisasi baru

1.4.      Mitos dalam kewirausahaan
Berikut ini rincian mitos kewirausahaan yang dikumpulkan oleh Michael Robert dan Alan Weiss, dan sejumlah bukti yang dikumpulkan dari berbagai sumber yang menentang mitos tersebut.
a.      Wirausaha adalah pengambil resiko besar.
ü  Wirausaha bukan pengambil resiko besar, melainkan seorang yang menghitung resiko yang akan diambilnya. Tantangan ada namun dengan upaya tertentu, tantangan itu akan dapat dicapai.
ü  Wirausaha bijaksana dalam memilih resiko dan bukan penjudi.
b.     Wirausaha adalah pemilik usaha, bukan pegawai.
ü  Yang mengubah restoran “fast food” McDonald’s menjadi raja dibidang “franchising” adalah Ray Kroc, pimpinan perusahaan, dan bukan pemiliknya yaitu McDonald bersaudara.
ü   Intrepreneur di dalam perusahaan bukanlah pemilik.
c.       Inovasi hanya di perusahaan kecil.
ü  Inovasi dilakukan dengan ketrampilan atau keahlian dan bukan pembawaan atau milik budaya tertentu. Ia dilakukan dimana-mana.
ü  Musuh inovasi adalah birokrasi yang terdapat di perusahaan besar ataupun kecil.
d.     Inovasi adalah gagasan besar.
Sebagian keberhasilan besar dimulai dari gagasan baru yang sederhana, misalnya “walkman” muncul sebagai produk baru yang sukses berasal dari keinginan tetap mendengar musik secara pribadi selagi berolahraga.
e.      Wirausaha adalah pencetus gagasan saja.
Seorang inovator terjun langsung menerapkan gagasannya.
f.       Wirausaha menyediakan sarananya termasuk modal sendiri.
ü  Wirausaha tidak sama dengan kapitalis.
ü   Wirausaha menggunakan sarana yang ada dengan cara baru.
g.      Inovasi datang mencuat bagai kilat dari seorang genius.
ü  Ray Kroc memperbaharui bisnis hamburger dengan mengadakan pengamatan terus-menerus atas restoran McDonald’s.
ü  Fred Smith menghasilkan “undergraduate thesis” model distribusi barang kiriman kecil (parcel) dari pengamatan di kantor pos dan perusahaan pengiriman UPS. Thesisnya dinilai C— oleh dosennya, namun gagasannya setelah diterapkan menjadi perusahaan Federal Express yang sangat sukses.
h.     Wirausaha dilahirkan dan kewirausahaan tidak dapat dilatihkan.
Seperti ketrampilan dokter atau pengacara, ketrampilan kewirausa-haan dapat dilatihkan.
1.5.      Wirausaha, manajer dan organisasi
Peran wirausaha pendiri adalah melahirkan suatu organisasi baru, baik sendiri maupun bersama suatu kelompok. Setelah lahir maka wirausaha pendiri melakukan upaya pengembangan organisasi hingga sampai organisasi tidak lagi tergantung pada pendiri. Pelaksanaan organisasi memerlukan manajemen yang menguatkan organisasi dengan sistem manajemen dan mengurangi ketidak-pastian dan ketergantungan pada faktor subjektivitas pendiri.
Pengembangan sistem dan budaya organisasi harus dapat menam-pung manajemen yang baik dan juga adanya kewirausahaan. Salah satu pola yang ada untuk menampung kewirausahaan di dalam organisasi mapan adalah wirausaha-intra (intrapreneurs). Pengembangan kewirausa-haan di dalam perusahaan dapat terjadi pada tiga tingkatan, yaitu:
·         Individual (intrapreneurs / product champions)
·         Kelompok kerja (entrepreneurial team / skunworks)
·         Oganisasi / Perusahaan (entrepreneurial organization)
Di Indonesia tidak jarang ditemui perusahaan yang berada dalam kotak “Tidak Layak Untuk Terus” yaitu baik manajemen dan kewirausahaan yang dimilikinya belum cukup menyiapkan manajemennya dan sudah “meninggalkan” perusahaan untuk membangun bisnis baru. Wirausaha pendiri dapat dianggap sempurna bila organisasi yang didirikannya da-pat mencapai kotak “ideal” yaitu baik manajemennya dan kewirausahaan organisasinya dalam taraf “baik”.


2.         Motivasi kewirausahaan
2.1       Definisi motivasi
Motivasi didefinisikan sebagai keadaan dalam diri individu yang menyebabkan mereka berperilaku dengan cara yang menjamin tercapainya suatu tujuan. Motivasi menerangkan mengapa orang-orang berperilaku seperti yang mereka lakukan. Semakin wirausahawan mengerti perilaku anggota organisasi, semakin mampu mereka mempengaruhi perilaku tersebut dan membuatnya lebih konsisten dengan pencapaian tujuan organisasional. Karena produktivitas dalam semua organisasi adalah hasil dari perilaku anggota organisasi, mempengaruhi perilaku ini adalah kunci bagi wirausahawan untuk meningkatkan produktivitas.
2.2       Model-Model Motivasi
·         Model motivasi kebutuhan-tujuan
Model motivasi kebutuhan dan tujuan dimulai dengan perasaan kebutuhan individu. Kebutuhan ini kemudian ditransformasi menjadi perilaku yang diarahkan  untuk mendukung pelaksanaan perilaku tujuan. Tujuan dari perilaku tujuan adalah untuk mengurangi kebutuhan yang dirasakan. Secara teoritis, perilaku mendukung tujuan dan perilaku tujuan berkelanjutan sampai kebutuhan yang dirasakan telah sangat berkurang.
Contoh, seseorang mungkin merasakan kelaparan. Kebutuhan ini ditransformasikan pertama kedalam perilaku yang diarahkan untuk mendukung pelaksanaan perilaku tujuan untuk makan. Contoh dari perilaku yang mendukung termasuk juga aktivitas-aktivitas seperti membeli, memasak dan menyajikan makanan untuk dimakan. Perilaku pendukung tujuan tersebut dan perilaku tujuan makan itu sendiri akan berkelanjutan sampai individu  merasakan kebutuhan lapar menjadi berkurang. Sekali individu mengalami kebutuhan lapar kembali, daur tersebut akan mulai kembali.
·         Model ekspektasi motivasi Vroom
Model ekspektasi Vroom mengatasi beberapa kerumitan tambahan. Model ekspektasi Vroom didasarkan pada premis bahwa keburuhan yang dirasakan menyebabkan perilaku kemanusiaan. Akan tetapi, Disamping itu model ekspektasi Vroom mengungkapkan isu kekuatan motivasi. Kekuatan motivasi adalah tingkatan keinginan individu untuk menjalankan suatu perilaku. Ketika keinginan meningkat atu menurun, kekuatan motivasi dikatakan berfluktuasi.
·         Model motivasi Porter-Lawler
Portel dan Lawler telah mengembangkan suatu model motivasi yang menggambarkan uraian proses motivasi yang lebih lengkap disbanding model kebutuhan-tujuan atau model ekspektasi Vroom. Model motivasi Porter-Lawler ini konsisten dengan dua model sebelumnya dimana model ini menerima premis bahwa
 (1)       kebutuhan yang dirasakan akan menyebabkan perilaku kemanusiaan; dan
(2)        usaha yang dilakukan untuk mencapai suatu tugas ditentukan oleh nilai balas jasa yang dirasakan yang dihasilkan dari suatu tugas dan probabilitas bahwa balas jasa tersebut akan menjual nyata.
Disamping itu, model motivasi Porter-Lawler menekankan tiga karakteristik lain dari proses motivasi:
1.      Nilai balas jasa yang dirasakan ditentukan oleh baik balas jasa intrinsic dan ekstrinsik yang menghasilkan kepuasan kebutuhan ketika suatu tugas diselesaikan. Balas jasa intrinsik berasal langsung dari pelaksanaan suatu tugas, sementara balas jasa ekstrinsik tidak ada hubungannya dengan tugas itu sendiri.
2.      Tingkatan dimana individu secara efektif menyelesaikan suatu tugas ditentukan oleh dua variablel:
(1) persepsi individu tentang apa yang diperlukan untuk mrlaksanakan suatu tugas, dan
(2) Kemampuan sesungguhnya daru individu untuk menjalankan suatu tugas.
3.      Keadilan balas jasa yang dirasakan akan mempengaruhi jumlah kepuasan yang dihasilkan oleh balas jasa tersebut. Pda umumnya, semakin adil balas jasa yang dirasakan oleh individu, semakin besar kepuasan yang dirasakan sebagai hasil dari menerima balas jasa tersebut

2.3       Teori Tiga Kebutuhan David McClelland
1.         N’Ach,
Wirausaha yang memiliki motivasi ini selalu ingin berprestasi/ meraih yang terbaik, umumnya memiliki ciri-ciri :
·         Ingin mengatasi sendiri kesulitan-kesuliatan dan persoalan-persoalan yang timbul pada dirinya.
·         Selalu memerlukan umpan balik yang segera untuk dapat mengukur keberhasilan atau kegagalan
·         Memiliki tanggung jawab personal yang tinggi
·         Berani menghadapi resiko dengan penuh tantangan
·         Menyukai tantangan dan melihat tantangan secara seimbang.
2.         N’Pow,
yaitu hasrat untuk mempengaruhi, mengendalikan dan menguasai oranglain.
Ciri umumnya adalah :
·         Senang bersaing
·         Berorientasi pada status
·         Menguasai orang lain.
3.         N’Aff,
yaitu hasrat untuk dapat diterima dan disukai oleh orang lain. Wirausaha yang berafiliasi tinggi lebih menyukai persahabatan, bekerjasama daripada persaingan dan saling pengertian.

2.4       Reinforcement Theory
Mengapa orang berhasrat untuk berwirausaha ? Menurut Wirasasmita (1994), orang berhasrat untuk berwirausaha karena :
a)      Alasan Keuangan, yaitu mencari nafkah, untuk menjadi kaya, untuk mencari pendapatan tambahan, sebagai jaminan stabilitas keuangan.
b)      Alasan Sosial, yaitu memperoleh gengsi/status, untuk dapat dikenal dan dihormati, utnuk menjadi panutan, agar dapat bertemu dengan orang banyak.
c)      Alasan Pelayanan, yaitu memberi pekerjaan kepada masyarakat, membantu anak yatim, membahagiakan orang tua, demi masa depan keluarga
d)      Alasan pemenuhan diri, yaitu menjadi atasan/ mandiri, untuk mencapai sesuatu yang diinginkan, untuk menghindari ketergantungan pada orang lain, untuk menjadi produktif dan untuk menggunakan kemampuan pribadi

2.5       Proses kewirausahaan Diawali oleh Inovasi (Carol Noore)

Inovasi dipengaruhi oleh :
1.      Faktor Internal  seperti locus of control, toleransi, nilai-nilai, pendidikan, pengalaman.
2.      Faktor ekternal/lingkungan seperti model peran, aktivitas, peluang,organisasi, keluarga
Strategi Menciptakan Inovasi sbb:
·         Menciptakan manfaat
·         Meningkatkan nilai inovasi
·         Beradaptasi dengan lingkungan sosial ekonomi pelanggan
·         Menyajikan apa yang dianggap bernilai dari pelanggan

Konsep 3M (A.Gym)
ü  Mulai dari yang kecil
ü  Mulai dari diri sendiri
ü  Mulai saat ini juga
Konsep 5D (Robert T.Kiyosaki)
ü  Dream
ü  Data
ü  Drive
ü  Dedication
ü  Do-It
ü  + Doa dan Tawakal

2.6       Teori-teori proses terbentuknya wirausaha
1. Teori life path change
Shapero & Sokol (1982) : “tidak semua wirausaha lahir dan berkembang menjadi jalur yang sistematis dan terencana”.
Penyebab :
1.      Negative displacement
2.      Being between things
3.      Having positive pull

2. Teori goal directed behavior
Wolman (1973) : Seseorang menjadi wirausaha karena termotivasi untuk mencapai tujuan tertentu
Keputusan menjadi wirausaha diambil dengan tujuan memecahkan masalah kekurangan yang dia miliki. Masalah kekurangan diidentifikasi dengan adanya HARAPAN sebagai pemecahan.
3. Teori pengambilan keputusan
Sebelum mengambil keputusan untuk berwirausaha, seseorang memiliki berbagai macam pertimbangan-pertimbangan. Pengambilan keputusan tidak mudah bahkan menimbulkan konflik, antara dirinya sendiri bahkan dengan orang lain
Moore (1954) : Pengambilan keputusan adalah perpaduan antara kegiatan berpikir, memilih dan bertindak.
Crimmon (1976) : pengambilan keputusan dapat mengarahkan perilaku tindakan seseorang dalam mencapai tujuannya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses pengambilan keputusan antara lain: Berasal dari situasi lingkungan keputusan itu sendiri serta Faktor-faktor yang berasal dari dalam diri si pengambil keputusan itu sendiri
4. Teori outcome expectancy
Bandura (1986) : keyakinan tentang konsekuensi yang diterima setelah seseorang melakukan suatu tindakan tertentu.
Jenis-jenis Insentif Outcome Expectancy : primer, sensoris, sosial, ekonomis, aktivitas, status, pengaruh, terpenuhinya standar internal.
Kenapa usaha kecil sering gagal?
Kesalahan dalam :
·         Pengelolaan uang
·         Pengelolaan usaha dan manajemen
·         Kompetensi
·         Kredit perbankan
·         Membidik pasar
·         Administrasi usaha dan hokum

2.7       Tujuh rahasia menjadi enterprener
·         Berani mengambil resiko terbesar
·         Meminimumkan mimpi-mimpi besar
·         Hargai pelanggan lebih tinggi
·         Pelihara anak buah anda
·         Dalam kondisi susah, mampu bertahan
·         Percaya pada diri sendiri
·         Punya gairah dan semangat untuk maju

2.8       Esensi kewirausahaan
Menciptakan nilai tambah melalui proses pengkombinasian SDA+SDM+Teknologi dan harus berbeda dengan yang lain, agar mampu bersaing dengan cara :
1. Pengembangan teknologi baru
2. Perbaikan produk dan jasa yang ada
3. Penemuan produk baru dan cara-cara baru




3.         Pengembangan kreativitas dan hubungan kreativitas dengan kewirausahaan

3.1.      Definisi kreativitas
Kreativitas merupakan kemampuan seseorang dalam membuat sesuatu menjadi baru dalam keberadaannya.  Kreativitas juga berhubungan dengan adanya perubahan ide. Beberapa contoh orang yang memiliki kreativitas dalam bidangnya yaitu Pablo Picasso, maestro dalam seni lukis mengatakan bahwa dampak dari kreasi adalah dampak pertama dari suatu pengrusakan.

3.2.      Atribut kretivitas
Karakteristik orang yang kreatif terdiri dari beberapa atribut seperti:
1.      Terbuka  dengan pengalaman.
2.      Observasi – melihat sesuatu hal dengan sudut pandang lain.
3.      Memiliki rasa penasaran tinggi.
4.      Mau menerima dan mempertimbangkan pendapat berbeda.
5.      Indepen dalam mengambil keputusan, pikiran dan tindakan.
6.      Percaya diri.
7.      Mau mengambil resiko terhitung.
8.      Sensitif terhadap masalah.
9.      Fleksibel
10.  Responsif pada pemikiran.
11.  Motivasi tinggi.
12.  Kemampuan untuk konsentrasi
13.  Selektif
14.  Bebas dari rasa takut dan gagal.
15.  Memiliki daya pikir imajinasi yang baik.
3.3       Hubungan Kreativitas Dengan Kewirausahaan
Hubungan kreativitas dengan kewirausahaan sangat erat dan terka-dang overlap walaupun tidak sama diantara keduanya
Hubungan antara kreativitas dengan kewirausahaan dibedakan atas 4 kategori:
·         Kategori 1
Perusahaan dengan kreativitas tinggi tetapi sedikit dalam penggunaan konsep kewirausahaan seperti Manajemen artis yang harus menam-pilkan artis berbeda dengan sebelumnya dalam beberapa hal seperti penampilan tetapi hanya bergerak dalam bidang hiburan dimana artis tersebut terlibat.
·         Kategori 2
Perusahaan dengan kreativitas rendah tetapi memakai banyak konsep kewirausahaan yaitu perusahaan franchising fast food seperti Mc-Donald’s dimana kreativitas rendah karena perusahaan ini harus mengikuti peraturan dari pemberi franchising (franchisor) sedangkan berdasarkan kewirausahaan konsep franchising merupakan konsep usaha yang baik.
·         Kategori 3
Perusahaan dengan kreativitas tinggi dan tinggi dalam penggunaan konsep kewirausahaan seperti Perusahaan Film dimana memerlukan kreativitas tinggi dalam menciptakan film-film bermutu dan diterima masyarakat. Mereka mengembangkan berbagai jenis film dengan berbagai lapisan penonton  atau melakukan diversifikasi produk sesuai konsep kewirausahaan.
·         Kategori 4
Perusahaan yang tidak menggunakan kreativitas dan kewirausahaan dalam melaksanakan kegiatannya seperti pada birokrasi pemerintah (bersifat birokrasi penuh) yang hanya menjalankan kegiatannya berdasarkan masa lalu saja.
3.4  Manajemen Kreativitas
Kreativitas merupakan nilai penting dalam kompetisi dalam segala bidang. Untuk itu kreativitas harus dipelihara dan dikembangkan dengan mengaturnya melalui manajemen kreativitas yang baik. Kreativitas dapat dibentuk atau dikembangkan dengan beberapa cara seperti berikut ini :
§  Menciptakan keterbukaan dengan struktur organisasi desentralisasi.
§  Mendukung iklim terciptanya eksperimen-eksperimen kreativitas.
§  Mendorong sikap eksperimental.
§  Mengedarkan cerita-cerita sukses.
§  Menekankan peran dari seorang pemenang.
§  Menitikberatkan komunikasi pada semua level manajemen.
§  Ketersediaan sumber daya untuk inisiatif baru.
§  Memastikan  bahwa ide-ide baru tidak mudah dimusnahkan.
§  Mengurangi birokrasi dari proses alokasi sumber daya.
§  Menyediakan penghargaan financial dan non financial bagi suatu kesuksesan yang didapat.
§  Memastikan budaya organisasi yang mendukung pengambilan resiko dan ketidakraguan.
§  Meminimalisasikan campur tangan administrasi.
§  Memberikan kebebasan dari pengawasan dan pengevaluasian.
§  Menghilangkan deadline.
§  Mendelegasikan tanggungjawab untuk aktivitas baru.




BAB III
KESIMPULAN
                                                          
Dengan memperhatikan kondisi bangsa Indonesia saat ini (seperti banyaknya tenaga kerja, lapangan kerja yang sangat terbatas, rendahnya produktivitas, masih belum optimalnya penggunaan sumber daya alam serta ketidakstabilan ekonomi), maka peluang untuk meningkatkan produktivitas bangsa melalui pengembangan kewirausahaan sangat diperlukan dan masih terbuka lebar.
Wirausaha adalah orang yang menciptakan cara baru dalam mengorga-nisasikan proses produksi, Tugas Wirausaha adalah melakukan sesuatu dengan cara yang berbeda, bukan hanya sekadar dengan cara yang lebih baik.
Motivasi didefinisikan sebagai keadaan dalam diri individu yang menyebabkan mereka berperilaku dengan cara yang menjamin tercapainya suatu tujuan. Motivasi menerangkan mengapa orang-orang berperilaku seperti yang mereka lakukan. Semakin wirausahawan mengerti perilaku anggota organisasi, semakin mampu mereka mempengaruhi perilaku tersebut dan membuatnya lebih konsisten dengan pencapaian tujuan organisasional. Karena produktivitas dalam semua organisasi adalah hasil dari perilaku anggota organisasi, mempengaruhi perilaku ini adalah kunci bagi wirausahawan untuk meningkatkan produktivitas.
Kreativitas merupakan kemampuan seseorang dalam membuat sesuatu menjadi baru dalam keberadaannya.  Kreativitas juga berhubungan dengan adanya perubahan ide. Hubungan kreativitas dengan kewirausahaan sangat erat dan terka-dang overlap walaupun tidak sama diantara keduanya
Pengembangan kewirausahaan saat ini sangat dibutuhkan dalam rangka memperluas kesempatan kerja serta mempersiapkan keunggulan bersaing bangsa Indonesia pada era pasar global. Oleh karena itu perlu dibentuk inkubator bisnis pada setiap perguruan tinggi yang berfungsi untuk mengadopsi pengembangan kewirausahaan ke dalam proses belajar dan mengajar.




DAFTAR PUSTAKA


http://episentrum.com/artikel-psikologi/Kreativitas wirausaha/#more-  515. 13 November 2010.
Aryati. D. 2009. Kewirausahaan. Jakarta
Bachruddin, Zaenal, Mudrajad Kuncoro, Budi Prasetyo Widyobroto, Tridjoko Wismu Murti, Zuprizal, Ismoyo. 1996. Kajian Pengembangan Pola Industri Pedesaan Melalui Koperasi dan Usaha Kecil. LPM UGM dan Balitbang Departemen Koperasi & PPK, Yogyakarta.
Dwi, Benedicta Prihatin. 2003. Kewirausahaan: Dari Sudut Pandang Psikologi Kepribadian. Jakarta: Grasindo
Suryana. 2006. Kewirausahaan Pedoman Praktis: Kiat dan Proses Menuju Sukses, Ed III. Jakarta: Salemba Empat

Soetrisno, Loekman. 1995. “Membangun Ekonomi Rakyat Melalui Kemitraan: Suatu Tinjauan Sosiologis“, makalah dalam Diskusi Ekonomi Kerakyatan, Hotel Radisson, Yogyakarta, 5 agustus.

Wiratmo, Masykur. 1996. Pengantar Kewiraswastaan: Kerangka Dasar Memasuki Dunia Bisnis, Ed I. Yogyakarta: BPFE

khafidz-cobapertama.blogspot.com
moethya26.wordpress.com/2010/11/13/motivasi-kewirausahaan/