BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Masalah
Untuk
menjadi seorang wirausaha yang SUKSES dan KAYA itu bukan bakat, dan juga tidak
harus keturunan. Tapi, Sukses dan kaya itu mimpi atau visi. Mimpi yang menjadi
kenyataan. Artinya, kalau kita tidak berusaha sama sekali untuk menjadi kaya,
misalnya dengan jalan berwirausaha, maka mana mungkin kekayaan itu kita dapat.
Terlepas
dari itu, tapi yang jelas, semua orang pasti punya mimpi. Setiap kita
menjalankan bisnis apapun, sebenarnya yang kita cari bukanlah semata-mata uang
atau ingin kaya. Tapi, karena adanya keinginan kita untuk mewujudkan mimpi
tersebut. Sebagai konsekuensi logis atas jerih payah kita adalah kita bisa
mendapatkan keuntungan atau uang, dan bisa juga aset kita yang semakin
bertambah. Hal itu seiring dengan kegigihan kita di dalam menjalankan bisnis.
Jika kita
sebagai seorang entreprener atau wirausahawan, yang namanya mimpi-mimpi bisnis
tak akan ada habisnya. Seolah kita adalah sosok yang tak akan pernah kehabisan
mimpi. Apalagi, kita termasuk entreprener yang kreatif dan inovatif. Bisnis
yang satu maju pesat, bisnis yang lainnya ikut berkembang. Sementara, bisnis
yang lainnya lagi ikut bermunculan. Sehingga, tak terasa atau bagaikan sebuah
mimpi, ternyata bisnis kita semakin banyak. Aset yang kita miliki juga semakin
bertambah.
Kalau bisnis
kita semakin maju, tentu akan ada percepatan dalam penambahan aset. Bukan tak
mungkin, kita akan semakin pintar memutar bisnis kita, bahkan mampu
mendatangkan dana dari luar yang nantinya juga akan menjadi aset kita,itu semua
berjalan seiring dengan mimpi atau visi kita sebagai entreprener.
Entrepreneur
itu sosok yang seharusnya tidak takut dengan mimpi.Apalagi mimpi itu tidak
perlu biaya. Tetapi, masalahnya adalah belum tentu semua orang punya keberanian
bermimpi. Sehingga tidak berlebihan kalau untuk bermimpi pun membutuhkan
sebuaah keberanian.Hal ini bisa terjadi karena kita terkadang masih terpaku
pada mitos-mitos yang tengah mentradisi di kalangan masyarakat luas. Misalnya,
ada mitos yang mengatakan bahwa kalau kita mau sukses, kita harus punya gelar
sarjana. Padahal kenyataannya, cukup banyak orang yang sukses tanpa menyandang
gelar sarjana.
2. Rumusan
Masalah
Sesuai dengan pengelompokkan program pembangunan di
bidang ekonomi menurut Program pembangunan nasional 2000 – 2004 ke dalam tujuh
kelompok program antara lain kelompok program pertama, yaitu menanggulangi
kemiskinan dan memenuhi kebutuhan pokok masyarakat dan kelompok program kedua,
yaitu mengembangkan usaha skala mikro, kecil menengah dan koperasi, maka
program-program yang harus dilaksana-kan dan penting untuk digarisbawahi adalah
:
1.
Program
penciptaan iklim usaha yang kondusif
2.
Program
peningkatan akses kepada sumber daya produktif
3.
Program
pengembangan kewirausahaan dan kredit usaha kecil menengah berkeunggulan
kompetitif .
Perguruan tinggi sebagai pusat pendidikan haruslah
mendukung program pemerintah tersebut melalui pendidikan serta penerapan
program kepada masyarakat khususnya para mahasiswa. Perguruan tinggi banyak
menghasilkan lulusan pekerja, bukan wirausahawan, yang dengan pengua-saan sains
dan teknologinya berusaha secara mandiri dalam mensejahterakan diri dan
masyarakatnya. Walaupun ada beberapa sarjana yang berhasil membangun industri
atau perusahaan dan kreatifitasnya dapat menjadi suatu produk komoditas pasar,
namun hal tersebut bukan sebagai akibat dari tumbuhnya sikap kewirausahaan
sebagai hasil pendidikan formal.
Dalam makalah ini juga diberikan contoh-contoh kasus
tentang kewirau-sahaan, agar dapat menjadi informasi bagi pembaca. Namun
demikian, makalah ini juga masih sangat jauh dari sempurna, karena penulis
menyadari bahwa ilmu kewirausahaan sebagai suatu seni masih akan selalu
berkembang, baik dari segi metode maupun alatnya. Oleh karena itu, penulis akan
tetap selalu berharap untuk mendapatkan masukan berupa kritik dan saran dari
teman-teman pembaca. Semoga makalah ini dapat berguna .
BAB II
PEMBAHASAN
1. Konsep dan karakteristik
kewirausahaan
1.1. Definisi wirausaha dan
kewirausahaan
Wirausaha adalah orang yang
mengambil resiko dengan jalan membeli barang sekarang dan menjual kemudian
dengan harga yang tidak pasti (Cantillon).
Wirausaha adalah orang yang
memindahkan sumber-sumber ekonomi dari daerah dengan produktivitas rendah ke
daerah dengan produktivitas dan hasil lebih tinggi (J.B Say).
Wirausaha adalah orang yang menciptakan cara baru
dalam mengorga-nisasikan proses produksi (Schumpeter).
Tugas Wirausaha adalah melakukan sesuatu dengan cara
yang berbeda, bukan hanya sekadar dengan cara yang lebih baik.
1.2. Karakteristik pribadi wirausaha
Sifat kepribadian wirausaha dipelajari guna mengetahui
karakteristik perorangan yang membedakan seorang wirausaha dan bukan wirausaha.
David McCleland mengindikasikan ada korelasi positif
antara tingkah laku orang yang memiliki motif prestasi tinggi dengan tingkah
laku wirausaha.
Karakteristik
orang-orang yang mempunyai motif prestasi tinggi adalah:
a) Memilih resiko “moderate”.
Dalam tindakannya dia memilih melaku-kan sesuatu yang ada tantangannya, namun
dengan cukup kemung-kinan untuk berhasil.
b) Mengambil tanggung jawab pribadi
atas perbuatan-perbuatannya. Artinya kecil sekali kecenderungan untuk mencari “kambing
hitam” atas kegagalan atau kesalahan yang dilakukannya.
c) Mencari umpan balik (feed back)
tentang perbuatan-perbuatannya.
d) Berusaha melakukan sesuatu dengan
cara-cara baru.
Upaya untuk mengungkapkan
karakteristik utama wirausaha juga dila-kukan oleh para ahli dengan menggunakan
teori letak kendali (locus of control) yang dikemukakan oleh J.B.
Rotter. Teori letak kendali menggam-barkan bagaimana meletakkan sebab dari
suatu kejadian dalam hidup-nya. Apakah sebab kejadian tersebut oleh faktor
dalam dirinya dan dalam lingkup kendalinya atau faktor diluar kendalinya.
Dua kategori
letak kendali menurut Rotter yaitu:
- Internal
Orang yang
beranggapan bahwa dirinya mempunyai kendali atas apa yang akan dicapainya.
Karakteristik ini sejalan dengan karakteristik wirausaha seperti lebih cepat
mau menerima pembaharuan (inovasi).
- Eksternal
Orang yang
beranggapan keberhasilan tidak semata tergantung pada usaha seseorang,
melainkan juga oleh keberuntungan, nasib, atau keter-gantungan pada pihak lain,
karena adanya kekuatan besar disekeliling seseorang.
Management Systems International menyebutkan
karakteristik pribadi wirausaha (personal entrepreneurial characteristics)
sebagai berikut:
·
Mencari
peluang
·
Keuletan
·
Tanggungjawab
terhadap pekerjaan
·
Tuntutan
atas kualitas dan efisiensi
·
Pengambilan
resiko
·
Menetapkan
sasaran
·
Mencari
informasi
·
Perencanaan
yang sistematis dan pengawasannya
·
Persuasi dan
jejaring/koneksi
·
Percaya diri
1.3.
Peran wirausaha bagi lingkungannya
Dalam pandangan Schumpeter, seorang wirausaha adalah
inovator. Hanya seseorang yang sedang melakukan inovasi yang dapat disebut
sebagai wirausaha. Mereka yang tidak lagi melakukan inovasi, walaupun pernah,
tidak dapat lagi dianggap sebagai wirausaha. Wirausaha bukan-lah jabatan,
melainkan suatu peran.
Berdasarkan pengertian tentang wirausaha yang telah
dibahas sebelum-nya dapat disimpulkan bahwa peran wirausaha yang utama bagi
lingkungannya adalah sebagai berikut:
·
Memperbaharui
dengan “merusak secara kreatif”.
Dengan keberaniannya melihat dan mengubah apa yang
sudah diang-gap mapan, rutin, dan memuaskan.
·
Inovator
Menghadirkan hal yang baru di masyarakat.
·
Mengambil
dan memperhitungkan resiko
·
Mencari
peluang dan memanfaatkannya
·
Menciptakan
organisasi baru
1.4.
Mitos dalam kewirausahaan
Berikut ini rincian mitos kewirausahaan yang
dikumpulkan oleh Michael Robert dan Alan Weiss, dan sejumlah bukti yang
dikumpulkan dari berbagai sumber yang menentang mitos tersebut.
a.
Wirausaha adalah pengambil resiko besar.
ü
Wirausaha
bukan pengambil resiko besar, melainkan seorang yang menghitung resiko yang akan diambilnya. Tantangan ada namun
dengan upaya tertentu, tantangan itu akan dapat dicapai.
ü
Wirausaha
bijaksana dalam memilih resiko dan bukan penjudi.
b.
Wirausaha adalah pemilik usaha, bukan pegawai.
ü Yang mengubah restoran “fast food”
McDonald’s menjadi raja dibidang “franchising” adalah Ray Kroc, pimpinan
perusahaan, dan bukan pemiliknya yaitu McDonald bersaudara.
ü Intrepreneur di dalam perusahaan bukanlah
pemilik.
c.
Inovasi hanya di perusahaan kecil.
ü
Inovasi
dilakukan dengan ketrampilan atau keahlian dan bukan pembawaan atau milik budaya
tertentu. Ia dilakukan dimana-mana.
ü
Musuh
inovasi adalah birokrasi yang terdapat di perusahaan besar ataupun kecil.
d.
Inovasi adalah gagasan besar.
Sebagian keberhasilan besar dimulai dari gagasan baru
yang sederhana, misalnya “walkman” muncul sebagai produk baru yang
sukses berasal dari keinginan tetap mendengar musik secara pribadi selagi
berolahraga.
e.
Wirausaha adalah pencetus
gagasan saja.
Seorang
inovator terjun langsung menerapkan gagasannya.
f.
Wirausaha menyediakan sarananya termasuk modal sendiri.
ü
Wirausaha
tidak sama dengan kapitalis.
ü
Wirausaha menggunakan sarana yang ada dengan
cara baru.
g.
Inovasi datang mencuat bagai kilat dari seorang genius.
ü
Ray Kroc
memperbaharui bisnis hamburger dengan mengadakan pengamatan terus-menerus atas
restoran McDonald’s.
ü
Fred Smith
menghasilkan “undergraduate thesis” model distribusi barang kiriman kecil
(parcel) dari pengamatan di kantor pos dan perusahaan pengiriman UPS. Thesisnya
dinilai C— oleh dosennya, namun gagasannya setelah diterapkan menjadi
perusahaan Federal Express yang sangat sukses.
h.
Wirausaha dilahirkan dan kewirausahaan tidak dapat dilatihkan.
Seperti
ketrampilan dokter atau pengacara, ketrampilan kewirausa-haan dapat dilatihkan.
1.5.
Wirausaha, manajer dan organisasi
Peran wirausaha pendiri adalah melahirkan suatu
organisasi baru, baik sendiri maupun bersama suatu kelompok. Setelah lahir maka
wirausaha pendiri melakukan upaya pengembangan organisasi hingga sampai
organisasi tidak lagi tergantung pada pendiri. Pelaksanaan organisasi
memerlukan manajemen yang menguatkan organisasi dengan sistem manajemen dan
mengurangi ketidak-pastian dan ketergantungan pada faktor subjektivitas
pendiri.
Pengembangan sistem dan budaya
organisasi harus dapat menam-pung manajemen yang baik dan juga adanya
kewirausahaan. Salah satu pola yang ada untuk menampung kewirausahaan di dalam
organisasi mapan adalah wirausaha-intra (intrapreneurs). Pengembangan
kewirausa-haan di dalam perusahaan dapat terjadi pada tiga tingkatan, yaitu:
·
Individual
(intrapreneurs / product champions)
·
Kelompok
kerja (entrepreneurial team / skunworks)
·
Oganisasi /
Perusahaan (entrepreneurial organization)
Di Indonesia tidak jarang ditemui perusahaan yang
berada dalam kotak “Tidak Layak Untuk Terus” yaitu baik manajemen dan
kewirausahaan yang dimilikinya belum cukup menyiapkan manajemennya dan sudah
“meninggalkan” perusahaan untuk membangun bisnis baru. Wirausaha pendiri dapat
dianggap sempurna bila organisasi yang didirikannya da-pat mencapai kotak
“ideal” yaitu baik manajemennya dan kewirausahaan organisasinya dalam taraf
“baik”.
2. Motivasi kewirausahaan
2.1 Definisi motivasi
Motivasi
didefinisikan sebagai keadaan dalam diri individu yang menyebabkan mereka
berperilaku dengan cara yang menjamin tercapainya suatu tujuan. Motivasi
menerangkan mengapa orang-orang berperilaku seperti yang mereka lakukan.
Semakin wirausahawan mengerti perilaku anggota organisasi, semakin mampu mereka
mempengaruhi perilaku tersebut dan membuatnya lebih konsisten dengan pencapaian
tujuan organisasional. Karena produktivitas dalam semua organisasi adalah hasil
dari perilaku anggota organisasi, mempengaruhi perilaku ini adalah kunci bagi
wirausahawan untuk meningkatkan produktivitas.
2.2 Model-Model Motivasi
·
Model
motivasi kebutuhan-tujuan
Model
motivasi kebutuhan dan tujuan dimulai dengan perasaan kebutuhan individu.
Kebutuhan ini kemudian ditransformasi menjadi perilaku yang diarahkan
untuk mendukung pelaksanaan perilaku tujuan. Tujuan dari perilaku tujuan adalah
untuk mengurangi kebutuhan yang dirasakan. Secara teoritis, perilaku mendukung
tujuan dan perilaku tujuan berkelanjutan sampai kebutuhan yang dirasakan telah
sangat berkurang.
Contoh,
seseorang mungkin merasakan kelaparan. Kebutuhan ini ditransformasikan pertama
kedalam perilaku yang diarahkan untuk mendukung pelaksanaan perilaku tujuan
untuk makan. Contoh dari perilaku yang mendukung termasuk juga
aktivitas-aktivitas seperti membeli, memasak dan menyajikan makanan untuk
dimakan. Perilaku pendukung tujuan tersebut dan perilaku tujuan makan itu
sendiri akan berkelanjutan sampai individu merasakan kebutuhan lapar
menjadi berkurang. Sekali individu mengalami kebutuhan lapar kembali, daur
tersebut akan mulai kembali.
·
Model
ekspektasi motivasi Vroom
Model
ekspektasi Vroom mengatasi beberapa kerumitan tambahan. Model ekspektasi Vroom
didasarkan pada premis bahwa keburuhan yang dirasakan menyebabkan perilaku
kemanusiaan. Akan tetapi, Disamping itu model ekspektasi Vroom mengungkapkan
isu kekuatan motivasi. Kekuatan motivasi adalah tingkatan keinginan individu
untuk menjalankan suatu perilaku. Ketika keinginan meningkat atu menurun,
kekuatan motivasi dikatakan berfluktuasi.
·
Model
motivasi Porter-Lawler
Portel dan
Lawler telah mengembangkan suatu model motivasi yang menggambarkan uraian
proses motivasi yang lebih lengkap disbanding model kebutuhan-tujuan atau model
ekspektasi Vroom. Model motivasi Porter-Lawler ini konsisten dengan dua model
sebelumnya dimana model ini menerima premis bahwa
(1) kebutuhan yang dirasakan akan menyebabkan perilaku
kemanusiaan; dan
(2) usaha yang dilakukan untuk mencapai
suatu tugas ditentukan oleh nilai balas jasa yang dirasakan yang dihasilkan
dari suatu tugas dan probabilitas bahwa balas jasa tersebut akan menjual nyata.
Disamping
itu, model motivasi Porter-Lawler menekankan tiga karakteristik lain dari
proses motivasi:
1. Nilai balas jasa yang dirasakan
ditentukan oleh baik balas jasa intrinsic dan ekstrinsik yang menghasilkan
kepuasan kebutuhan ketika suatu tugas diselesaikan. Balas jasa intrinsik berasal
langsung dari pelaksanaan suatu tugas, sementara balas jasa ekstrinsik tidak
ada hubungannya dengan tugas itu sendiri.
2. Tingkatan dimana individu secara
efektif menyelesaikan suatu tugas ditentukan oleh dua variablel:
(1) persepsi individu tentang apa
yang diperlukan untuk mrlaksanakan suatu tugas, dan
(2) Kemampuan sesungguhnya daru
individu untuk menjalankan suatu tugas.
3. Keadilan balas jasa yang dirasakan
akan mempengaruhi jumlah kepuasan yang dihasilkan oleh balas jasa tersebut. Pda
umumnya, semakin adil balas jasa yang dirasakan oleh individu, semakin besar
kepuasan yang dirasakan sebagai hasil dari menerima balas jasa tersebut
2.3 Teori Tiga Kebutuhan
David McClelland
1. N’Ach,
Wirausaha
yang memiliki motivasi ini selalu ingin berprestasi/ meraih yang terbaik,
umumnya memiliki ciri-ciri :
·
Ingin
mengatasi sendiri kesulitan-kesuliatan dan persoalan-persoalan yang timbul pada
dirinya.
·
Selalu
memerlukan umpan balik yang segera untuk dapat mengukur keberhasilan atau
kegagalan
·
Memiliki
tanggung jawab personal yang tinggi
·
Berani
menghadapi resiko dengan penuh tantangan
·
Menyukai
tantangan dan melihat tantangan secara seimbang.
2. N’Pow,
yaitu hasrat
untuk mempengaruhi, mengendalikan dan menguasai oranglain.
Ciri umumnya
adalah :
·
Senang
bersaing
·
Berorientasi
pada status
·
Menguasai
orang lain.
3. N’Aff,
yaitu hasrat
untuk dapat diterima dan disukai oleh orang lain. Wirausaha yang berafiliasi
tinggi lebih menyukai persahabatan, bekerjasama daripada persaingan dan saling
pengertian.
2.4 Reinforcement Theory
Mengapa
orang berhasrat untuk berwirausaha ? Menurut
Wirasasmita (1994), orang berhasrat untuk berwirausaha karena :
a) Alasan
Keuangan, yaitu
mencari nafkah, untuk menjadi kaya, untuk mencari pendapatan tambahan, sebagai
jaminan stabilitas keuangan.
b) Alasan
Sosial, yaitu
memperoleh gengsi/status, untuk dapat dikenal dan dihormati, utnuk menjadi
panutan, agar dapat bertemu dengan orang banyak.
c) Alasan
Pelayanan, yaitu
memberi pekerjaan kepada masyarakat, membantu anak yatim, membahagiakan orang
tua, demi masa depan keluarga
d) Alasan
pemenuhan diri, yaitu
menjadi atasan/ mandiri, untuk mencapai sesuatu yang diinginkan, untuk
menghindari ketergantungan pada orang lain, untuk menjadi produktif dan untuk
menggunakan kemampuan pribadi
2.5 Proses kewirausahaan Diawali
oleh Inovasi (Carol Noore)
Inovasi
dipengaruhi oleh :
1.
Faktor
Internal seperti locus of control, toleransi, nilai-nilai, pendidikan,
pengalaman.
2.
Faktor
ekternal/lingkungan seperti model peran, aktivitas, peluang,organisasi,
keluarga
Strategi Menciptakan
Inovasi sbb:
·
Menciptakan
manfaat
·
Meningkatkan
nilai inovasi
·
Beradaptasi
dengan lingkungan sosial ekonomi pelanggan
·
Menyajikan
apa yang dianggap bernilai dari pelanggan
Konsep 3M (A.Gym)
ü
Mulai dari
yang kecil
ü
Mulai dari
diri sendiri
ü
Mulai saat ini
juga
Konsep 5D (Robert T.Kiyosaki)
ü
Dream
ü
Data
ü
Drive
ü
Dedication
ü
Do-It
ü
+ Doa dan
Tawakal
2.6 Teori-teori proses
terbentuknya wirausaha
1. Teori life path change
Shapero
& Sokol (1982) : “tidak semua wirausaha lahir dan berkembang menjadi jalur
yang sistematis dan terencana”.
Penyebab :
1. Negative displacement
2. Being between things
3. Having positive pull
2. Teori goal directed behavior
Wolman
(1973) : Seseorang menjadi wirausaha karena termotivasi untuk mencapai tujuan
tertentu
Keputusan
menjadi wirausaha diambil dengan tujuan memecahkan masalah kekurangan yang dia
miliki. Masalah kekurangan diidentifikasi dengan adanya HARAPAN sebagai
pemecahan.
3. Teori pengambilan keputusan
Sebelum
mengambil keputusan untuk berwirausaha, seseorang memiliki berbagai macam
pertimbangan-pertimbangan. Pengambilan
keputusan tidak mudah bahkan menimbulkan konflik, antara dirinya sendiri bahkan
dengan orang lain
Moore (1954)
: Pengambilan keputusan adalah perpaduan antara kegiatan berpikir, memilih dan
bertindak.
Crimmon
(1976) : pengambilan keputusan dapat mengarahkan perilaku tindakan seseorang
dalam mencapai tujuannya.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi proses pengambilan keputusan antara lain: Berasal dari situasi lingkungan keputusan itu sendiri serta Faktor-faktor yang berasal dari dalam diri si
pengambil keputusan itu sendiri
4. Teori
outcome expectancy
Bandura
(1986) : keyakinan tentang konsekuensi yang diterima setelah seseorang
melakukan suatu tindakan tertentu.
Jenis-jenis
Insentif Outcome Expectancy : primer, sensoris, sosial, ekonomis, aktivitas,
status, pengaruh, terpenuhinya standar internal.
Kenapa usaha
kecil sering gagal?
Kesalahan
dalam :
·
Pengelolaan
uang
·
Pengelolaan
usaha dan manajemen
·
Kompetensi
·
Kredit
perbankan
·
Membidik
pasar
·
Administrasi
usaha dan hokum
2.7 Tujuh rahasia
menjadi enterprener
·
Berani
mengambil resiko terbesar
·
Meminimumkan
mimpi-mimpi besar
·
Hargai
pelanggan lebih tinggi
·
Pelihara
anak buah anda
·
Dalam
kondisi susah, mampu bertahan
·
Percaya pada
diri sendiri
·
Punya gairah
dan semangat untuk maju
2.8 Esensi kewirausahaan
Menciptakan
nilai tambah melalui proses pengkombinasian SDA+SDM+Teknologi dan harus berbeda dengan yang lain, agar mampu bersaing
dengan cara :
1.
Pengembangan teknologi baru
2. Perbaikan
produk dan jasa yang ada
3. Penemuan
produk baru dan cara-cara baru
3. Pengembangan kreativitas dan hubungan kreativitas dengan
kewirausahaan
3.1. Definisi kreativitas
Kreativitas merupakan kemampuan seseorang dalam
membuat sesuatu menjadi baru dalam keberadaannya. Kreativitas juga berhubungan
dengan adanya perubahan ide. Beberapa contoh orang yang memiliki kreativitas
dalam bidangnya yaitu Pablo Picasso, maestro dalam seni lukis
mengatakan bahwa dampak dari kreasi adalah dampak pertama dari suatu
pengrusakan.
3.2. Atribut kretivitas
Karakteristik
orang yang kreatif terdiri dari beberapa atribut seperti:
1. Terbuka dengan pengalaman.
2. Observasi – melihat sesuatu hal
dengan sudut pandang lain.
3. Memiliki rasa penasaran tinggi.
4. Mau menerima dan mempertimbangkan
pendapat berbeda.
5. Indepen dalam mengambil keputusan,
pikiran dan tindakan.
6. Percaya diri.
7. Mau mengambil resiko terhitung.
8. Sensitif terhadap masalah.
9. Fleksibel
10. Responsif pada pemikiran.
11. Motivasi tinggi.
12. Kemampuan untuk konsentrasi
13. Selektif
14. Bebas dari rasa takut dan gagal.
15. Memiliki daya pikir imajinasi yang
baik.
3.3 Hubungan Kreativitas
Dengan Kewirausahaan
Hubungan kreativitas dengan kewirausahaan sangat erat
dan terka-dang overlap walaupun tidak sama diantara keduanya
Hubungan
antara kreativitas dengan kewirausahaan dibedakan atas 4 kategori:
·
Kategori 1
Perusahaan
dengan kreativitas tinggi tetapi sedikit dalam penggunaan konsep kewirausahaan
seperti Manajemen artis yang harus menam-pilkan artis berbeda dengan sebelumnya
dalam beberapa hal seperti penampilan tetapi hanya bergerak dalam bidang
hiburan dimana artis tersebut terlibat.
·
Kategori 2
Perusahaan
dengan kreativitas rendah tetapi memakai banyak konsep kewirausahaan yaitu
perusahaan franchising fast food seperti Mc-Donald’s dimana kreativitas rendah
karena perusahaan ini harus mengikuti peraturan dari pemberi franchising
(franchisor) sedangkan berdasarkan kewirausahaan konsep franchising merupakan
konsep usaha yang baik.
·
Kategori 3
Perusahaan
dengan kreativitas tinggi dan tinggi dalam penggunaan konsep kewirausahaan
seperti Perusahaan Film dimana memerlukan kreativitas tinggi dalam menciptakan
film-film bermutu dan diterima masyarakat. Mereka mengembangkan berbagai jenis
film dengan berbagai lapisan penonton atau melakukan diversifikasi
produk sesuai konsep kewirausahaan.
·
Kategori 4
Perusahaan
yang tidak menggunakan kreativitas dan kewirausahaan dalam melaksanakan
kegiatannya seperti pada birokrasi pemerintah (bersifat birokrasi penuh) yang
hanya menjalankan kegiatannya berdasarkan masa lalu saja.
3.4 Manajemen Kreativitas
Kreativitas
merupakan nilai penting dalam kompetisi dalam segala bidang. Untuk itu
kreativitas harus dipelihara dan dikembangkan dengan mengaturnya melalui
manajemen kreativitas yang baik. Kreativitas dapat dibentuk atau dikembangkan
dengan beberapa cara seperti berikut ini :
§
Menciptakan keterbukaan dengan struktur organisasi desentralisasi.
§
Mendukung iklim terciptanya eksperimen-eksperimen kreativitas.
§
Mendorong sikap eksperimental.
§
Mengedarkan cerita-cerita sukses.
§
Menekankan peran dari seorang pemenang.
§
Menitikberatkan komunikasi pada semua level manajemen.
§
Ketersediaan sumber daya untuk inisiatif baru.
§
Memastikan bahwa ide-ide baru tidak mudah dimusnahkan.
§
Mengurangi birokrasi dari proses alokasi sumber daya.
§
Menyediakan penghargaan financial dan non financial bagi suatu kesuksesan yang
didapat.
§
Memastikan budaya organisasi yang mendukung pengambilan resiko dan
ketidakraguan.
§
Meminimalisasikan campur tangan administrasi.
§
Memberikan kebebasan dari pengawasan dan pengevaluasian.
§
Menghilangkan deadline.
§
Mendelegasikan tanggungjawab untuk aktivitas baru.
BAB III
KESIMPULAN
Dengan
memperhatikan kondisi bangsa Indonesia saat ini (seperti banyaknya tenaga
kerja, lapangan kerja yang sangat terbatas, rendahnya produktivitas, masih
belum optimalnya penggunaan sumber daya alam serta ketidakstabilan ekonomi),
maka peluang untuk meningkatkan produktivitas bangsa melalui pengembangan
kewirausahaan sangat diperlukan dan masih terbuka lebar.
Wirausaha
adalah orang yang menciptakan cara baru dalam mengorga-nisasikan proses
produksi, Tugas Wirausaha adalah melakukan
sesuatu dengan cara yang berbeda, bukan hanya sekadar dengan cara yang lebih
baik.
Motivasi
didefinisikan sebagai keadaan dalam diri individu yang menyebabkan mereka
berperilaku dengan cara yang menjamin tercapainya suatu tujuan. Motivasi
menerangkan mengapa orang-orang berperilaku seperti yang mereka lakukan.
Semakin wirausahawan mengerti perilaku anggota organisasi, semakin mampu mereka
mempengaruhi perilaku tersebut dan membuatnya lebih konsisten dengan pencapaian
tujuan organisasional. Karena produktivitas dalam semua organisasi adalah hasil
dari perilaku anggota organisasi, mempengaruhi perilaku ini adalah kunci bagi
wirausahawan untuk meningkatkan produktivitas.
Kreativitas
merupakan kemampuan seseorang dalam membuat sesuatu menjadi baru dalam
keberadaannya. Kreativitas juga berhubungan dengan adanya perubahan ide. Hubungan kreativitas dengan
kewirausahaan sangat erat dan terka-dang overlap walaupun
tidak sama diantara keduanya
Pengembangan
kewirausahaan saat ini sangat dibutuhkan dalam rangka memperluas kesempatan
kerja serta mempersiapkan keunggulan bersaing bangsa Indonesia pada era pasar
global. Oleh karena itu perlu dibentuk inkubator bisnis pada setiap perguruan
tinggi yang berfungsi untuk mengadopsi pengembangan kewirausahaan ke dalam
proses belajar dan mengajar.
DAFTAR PUSTAKA
http://episentrum.com/artikel-psikologi/Kreativitas wirausaha/#more- 515. 13
November 2010.
http://www.justelsa.com/2010/05/teori-motivasi-david-c-mcclelland.html. 13 November 2010.
Aryati. D.
2009. Kewirausahaan. Jakarta
Bachruddin,
Zaenal, Mudrajad Kuncoro, Budi Prasetyo Widyobroto, Tridjoko Wismu Murti,
Zuprizal, Ismoyo. 1996. Kajian Pengembangan Pola
Industri Pedesaan Melalui Koperasi dan Usaha Kecil. LPM UGM dan
Balitbang Departemen Koperasi & PPK, Yogyakarta.
Dwi, Benedicta
Prihatin. 2003. Kewirausahaan: Dari Sudut Pandang Psikologi
Kepribadian. Jakarta: Grasindo
Suryana.
2006. Kewirausahaan Pedoman Praktis: Kiat dan Proses Menuju Sukses,
Ed III. Jakarta: Salemba Empat
Soetrisno,
Loekman. 1995. “Membangun Ekonomi Rakyat Melalui Kemitraan:
Suatu Tinjauan Sosiologis“, makalah dalam Diskusi Ekonomi
Kerakyatan, Hotel Radisson, Yogyakarta, 5 agustus.
Wiratmo,
Masykur. 1996. Pengantar Kewiraswastaan: Kerangka Dasar
Memasuki Dunia Bisnis, Ed I. Yogyakarta: BPFE
khafidz-cobapertama.blogspot.com
moethya26.wordpress.com/2010/11/13/motivasi-kewirausahaan/
fantastis gan
BalasHapus